Selasa, 16 November 2010

Memori Bandung Raya

Nandar Iskandar, pelatih yang kemungkinan besar akan menukangi sebuah klub dari Bandung yang akan mengikuti kompetisi Liga Primer Indonesia berbicara kepada wartawan perihal pandangannya terhadap sepakbola di Bandung yang menurutnya mempunyai sumber daya manusia yang besar namun kurang banyak wadah untuk menampungnya. Maka atas dasar itulah dirinya bersedia untuk menjadi arsitek klub yang menurut laman resmi ligaprimerindonesia.co.id, bernama Bandung FC.

foto bandung fc

Pemain seleksi Bandung FC.

“Sebagai orang dalam profesi kepelatihan, saya akan sangat senang jika diberi kesempatan untuk membina sepakbola di Bandung,” kata Nandar Iskandar dilapangan Sesko AU, Lembang, pagi ini.

Nandar Iskandar menyayangkan, dari materi pemain melimpah di Bandung, hanya bisa diwakili oleh 1 klub saja di Liga Super Indonesia. Ia lalu mengingat memorinya ketika memegang Bandung Raya. “Adanya dua tim dengan level sama di Bandung, akan memunculkan persaingan dalam menunjang prestasi,” tegasnya.

Ia lalu bercerita bagaimana awalnya ia membina Bandung Raya dari nol. Waktu itu klub tersebut tidak ada penontonnya, hanya panpel didalam stadion, sedangkan jika Persib main, akan ada 25 ribu yang menonton. Namun seiring dengan waktu dan prestasi yang dicapai Bandung Raya saat itu, maka akhirnya pertandingan Bandung Raya juga bisa mencapai 25 ribu penonton.

“Sebenarnya di Bandung ini ada banyak pemain yang ingin maju hanya saja mereka tidak mempunyai wadahnya,” lanjutnya.

Ia lalu menyoroti tentang kompetisi intern Persib yang serba terbatas. Pada jamannya, bermain di klub intern Persib itu ada kebanggaannya, namun sekarang iklim sepakbola telah berubah ke arah sepakbola profesional. “Setelah dari kompetisi internal itu kalau tidak masuk Persib, sekarang mereka mau kemana lagi? Tidak ada jenjang selanjutnya,” ujar Nandar.

Mau tidak mau, sistem perserikatan seperti jamannya itu memang akan tenggelam. Untuk itu harus dibuat sistem baru agar pembinaan seperti kompetisi intern Persib di masa lalu itu terus berjalan. Jika ada wadahnya, maka akan ada pemain-pemain yang terjaring. Mereka punya kesempatan, mereka hidup di sepakbola, dan ada tempatnya.

foto bandung fc

Trio calon pelatih Bandung FC. Dari kiri; Agus Ata, Nandar Iskandar, dan Budiman.

Seperti pada buku yang pernah dibacanya ketika mengikuti kursus kepelatihan, Nandar Iskandar kembali bercerita bahwa dalam anjuran yang disebar oleh FIFA dan AFC, ia membaca bagaimana upaya mereka untuk memajukan sepakbola. Salah satu caranya adalah dengan memperbaiki sistem pengelolaan klub sepakbola.

“Nantinya, semua klub sepakbola itu akan dikelola seperti di Eropa, dimana yang mengelola sepakbola bukan lagi para pejabat,” jelasnya.

Selama ini prioritas pengelolaan memang lebih banyak ke pejabat karena merekalah yang mempunyai semua prasarana dan keuangan yang memang merupakan modal utama. Namun sayangnya, kebanyakan dari mereka itu tidak mengerti sepakbola.

“Ini hanya masalah waktu. Ada saatnya suatu perkumpulan yang mengerti bola yang akan mengurusi sepakbola. Inilah yang disebut era profesional,” tegas pelatih yang dalam staf pelatih kali ini akan didampingi mantan anak asuhnya di Bandung Raya, Budiman Yunus dan Agus Ata.

source: simamaung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar